Set...Setan!!!

0 komentar
Set…Setan...!!!


Pepsi, Kopral, Edi, Nur, Budi, Mul dan Topan sedang asik jalan-jalan di mall, iseng-iseng cuci mata ngeliatin cewek kece yang lagi pada asik shoping, meskipun pada kenyataannya nggak semua shoping. Bahkan banyak di antara mereka yang datang ke mall hanya untuk nyari gebetan baru, atau buat yang cowok iseng-iseng berhadiah menggoda pramuniaga yang asik menjaga barangnya..eh, maksudnya barang dagangan.
Setelah rada cape muter-muter, terlihatlah Kopral sedang khusyu menggoda cewek yang jadi pramudiaga yang menjaga stand kaset. Kopral dengan gayanya yang norak abis langsung ber eskaesde menggoda si cewek.
“Eh, mbak harga kaset ini berapa ya ?, tapi ngomong-ngomong sebelum dijawab mbak sebutin namanya dulu.” Kata Kopral mulai melancarkan rayuannya, ya meskipun dari tujuh orang yang dirayunya sepuluh diantaranya menolak denan tegas.
“Yang mana mas ?” tanya pramuniaga itu.
“Apanya ?” tanya Kopral bingung.
“Kasetnya.”
“Oh ini mbak.” kata Kopral sambil mengambil kaset sekenanya dan buru-buru diserahkan ke pramuniaga itu.
Cewek itu menerima kaset itu sambil tersenyum, Kopral langsung blingsatan mengira senyum itu ditujukan pada dirinya, padahal senyum itu ditujukan pada Pepsi yang dari tadi berdiri dibelakangnya.
“Nama gue Noni.” Kata pramuniaga itu sambil mengulurkan tangannya.
Dengan pedenya Kopral menyambut uluran tangan itu, tapi alangkah kagetnya ternyata begitu hendak menyentuh tangan cewek itu berbelok dan akhirnya tangan halus itu mendarat dengan sukses di tangan Pepsi yang juga mengulurkan tangannya.
Kopral blingsatan, mukanya yang dasarnya udah jelek tambah jelek. Sementara Topan, Edi, Nur, Mul, Budi dan nDog yang melihat kejadian itu langsung pada ngakak.
“Emang enak dicuekin.” Kata Topan.
“Makanya topengnya dibuka dulu kalau mau kenalan.” Imbuh nDog.
“Topeng yang mana ?” tanya Ediot bingung.
“Itu yang nempel dimuka Kopral.”
“Emang dia pake topeng ? itu kan mukanya yang asli.” Kata Edi sambil garuk-garuk kepala.
“Waa, bego. Udah ah anggep aja gitu.” Kata nDog jengkel karena dari tadi Edi nggak ngeh juga.
Kopral nggak ngegubris omongan temen-temennya, atinya enek banget melihat Pepsi yang main serobot mangsanya. Dasar nggak punya perasaan, mentang-mentang cakep, batin Kopral.
“Huh, tega lo Pep. Dia kan gue yang nemuin, masa lo yang dapetin.” Kata Kopral ngegerundel nggak karuan.
Pepsi dan Noni Cuma tersenyum melihat Kopral yang ngegerundel nggak karuan.
“Eh, temen lo unik ya.” Kata Noni.
“Emang kenapa ?” tanya Pepsi penasaran, karena baru kali ini ada yang bilang Kopral unik, bisanya kan aneh.
Kopral yang dari tadi udah pasang muka masam, pura-pura nggak mendengar, tapi telinganya dipasang baik-baik. Siapa tau dapat pujian, batin Kopral.
“Kepalanya itu lho.”
“Kenapa ?” tanya Pepsi tambah penasaran.
“Persis pentol korek.”
Pepsi dan temen-temennya langsung ngakak berat. “Persis banget..” ucap yang lain.
Sementara Kopral yang mendengarnya langsung menekuk kembali mukanya yang udah nggak karuan.
“Udah Pral lo nggak usah marah gitu, muka lo itu dah jelek entar tambah jelek.” Hibur Pepsi. Mendengar omongan Pepsi kopral tambah menekuk mukanya, “Tuh kan tambah jelek..”
“Ha..ha..” yang lain langsung pada ngakak.
“Ala lo Pep, mentang-mentang lo lebih cakep dikit dari gue, nggak ada ngalah-ngalahnya sama gue.” Kata Kopral.
“Makanya Pral lo itu rubah gaya rambutnya, atau lo mau operasi plastik biar kaya Michael Jackson, mumpung dirumah gue banyak kantong plastik bekas.” Kata Topan, “Apa perlu gue yang ngoperasi lo.”
“Enak aja lo mau nolong apa ngebunuh gue.”
“Dua-duanya.”
***
karena sekolah sedang libur seminggu karena mereka abis pada nerima raport, Pepsi, Kopral, Topan, Edi, Nur, Mul, Budi dan nDog pulang agak malam. Jarum jam di jam tangan mereka menunjukkan jam dua belas kurang seperempat, mereka berjalan menyusuri jalan di Kompleks perumahan mereka yang sudah sepi. Hampir semua penghuninya sudah pada tidur, Cuma tadi dipos satpam mereka melihat beberapa satpam sedang berjaga.
Keadaan di sekeliling jalan itu nggak terlalu terang, karena sebagian lampu jalan sudah pada pecah gara-gara disambitin pake ketapel oleh anak-anak kompleks. Eh, kalian jangan heran anak-anak kecil di kompleks ini punya hobi unik, yaitu nyambitin lampu pake ketapel, malahan pada tujuhbelasan kemarin diadakan lomba nyambit lampu jalan pake ketapel sama pak er te. Dan di malam itu hanya ada beberapa lampu yang menyala itupun jaraknya saling berjauhan, mungkin lampu-lampu itu berhasil menyelamatkan diri sewaktu disambitin sama anak-anak.
Dulu aja pala Kopral pernah ketimpuk pake batu sampe benjol sebesar biji duren, mungkin anak-anak itu pada ngira kepala Kopral mirip lampu jalan. Dan walhasil Kopral sampe meriang panas dingin, kapan-kapan deh gue ceritain, sekarang kita kembali ke temen-temen kita yang lagi asik jalan-jalan dimalam hari.
Mereka masih berjalan sambil bersenda gurau, ketawa-ketiwi, ngakak dan ngikik membahas cewek-cewek yang baru mereka temui di mall.
Sementara Kopral keliatan diem, Cuma mulutnya yang bersiul-siul sambil sesekali kakinya menendang-nendang kerikil yang berada di jalan.
“Eh Pral, lo jangan siul-siul gitu dong, gue takut ngedengernya.” Kata Edi.
“Dasar penakut lo.” Kata kopral.
“Bukannya gitu Pral, tapi kata mami gue..”
“Cie, mami.” Potong Topan.
“Emang kenapa ?” tanya Edi bingung.
“Muka lo tu nggak cocok nyebut mami, biasanya juga emak.”
“Enak aja.”
“Udah jangan ribut, emang kenapa Ed kalo ada orang yang siul-siul malem-malem?” tanya Mul penasaran.
“Ya, kata mami gue kalau siul-siul malem-malem itu ngundang setan.”
“Yang bener.” Kata Kopral.
“Itu kata mami gue.”
“Ah itu kan Cuma tahyul, jangan dipercaya.” Kata Nur, “Dulu dikampung gue juga ada tahyul jangan makan pantat ayam entar jadi pelupa, nyatanya hampir tiap dua hari gue makan pantat ayam nggak pelupa. Eh, ngomong-ngomong gue kan tadi beli topi baru, gue taruh dimana ya ?” kata Nur sambil mencari sesuatu di saku celananya.
Semua pada bengong.
“Itu yang dikepalamu apa.” kata Edi.
Nur megang kepalanya, “Oh, iya lupa. Ternyata sudah dipakai…”
Yang lain langsung pada bengong lagi. Dasar pelupa, pantesan mukamu mirip pantat ayam, batin mereka kompak.
“Eh Pan, lo nyium bau aneh nggak ?” tanya Kopral tiba-tiba.
“Gue..gue kentut, ketahuan ya baunya, padahal gue udah tahan tapi tetep aja keluar, jadi malu.” kata Edi.
“Bukan, ini bukan bau kentut lo, kalau kentut lo gue udah apal baunya, masa sih lo nggak pada nyium baunya kan nyengat banget.”
Karena pada penasaran semua langsung pada ngendus-ngendus mirip anjing herder.
“Kok baunya kaya bunga..” kata nDog.
“He..eh, baunya kaya bunga kenanga.” kata Mul.
“Bener ini bau bunga kenanga.” Kata Budi. “Mungkin disekitar sini ada orang yang nanem ‘kali.”
Mereka celingukan kiri dan kanan, ngeliat ke pagar halaman rumah, tapi disekitar situ nggak ada yang menanam bunga kenanga.
“Eh, Pep jangan-jangan gara-gara Kopral siul-siul tadi kita bakalan di goda hantu.” kata Edi, “Mana ini malem Jum’at kliwon lagi.”
“Ah kamu penakut amat.” kata Kopral.
“Bener kata Kopral, jangan jadi penakut. Sebagai orang beragama kita nggak boleh takut. “ kata Budi ngasih ceramah. “Belum tentu kan setan yang bakal nongol, siapa tahu kuntil anak.”
“Itu sama aja bego.” kata temen-temennya bareng.
Tiba-tiba beberapa lampu dijalanan itu mati, suasana tambah mencekam. Sebenarnya mereka kan ada di kompleks perumahan, jadi nggak perlu takut. Tapi dasarnya mentalnya sudah penakut mereka pun langsung ciut nyalinya, kecuali Budi yang masih sok berani.
“Lo semua jangan takut, biar entar kalo ada setan gue yang paling didepan.” kata Budi.
“Mas..” tiba-tiba terdengar suara cewek memanggil dibelakang mereka.
“Siapa tuh yang manggil.” kata Edi.
“J..Jangan-jangan setannya keluar.” kata Topan.
Semua nggak pada berani nengok ke belakang, takut.
“Bud, lo kan berani, lo tengok deh dibelakang kita siapa.” kata Pepsi.
“Ogah.”
“Katanya tadi berani.”
“Itu kan tadi waktu setannya belum dateng.”
“Lo deh Pral, kan lo yang tadi manggil setan.” kata Topan.
“Enak aja.”
“Eh, dari pada kita ketakutan gini, bagaimana kalau kita ngabur bareng.” kata Pepsi.
“Setuju banget.” Jawab yang lain kompak.
“Kalau begitu pada hitungan ketiga, kita lari, oke.”
“Sip.”
Semua pada narik nafas siap-siap lari.
“TIGA.” teriak Pepsi lalu langsung ngacir.
Semua bengong, tapi sedetik kemudian mereka langsung ngikut lari.
“Eh mas tunggu..” panggil suara cewek itu, ketika dilihatnya orang yang dipanggilnya pada lari.
Setelah lari beberapa meter, meski dengan ati ketakutan Pepsi menyempatkan diri menengok ke belakang.
Tiba-tiba Pepsi buru-buru menghentikan larinya dengan rem cakram dan rem angin (maksudnya sambil kentut, gitchu loh..) begitu melihat ternyata yang memanggil seorang cewek cakep.
Melihat Pepsi menghentikan larinya, kontan yang lain ikutan berhenti, kali ini mereka menggunakan rem tangan, tapi berhubung kampas remnya sudah aus, mereka akhirnya ngepot…ciiit.
“Eh Pep ternyata yang manggil kita cewek cakep.” kata Kopral.
“Gue udah liat.”
“Kita samperin yuk.” Tambah Kopral antusias, dan tiba-tiba jiwa plei boi-nya keluar.
“Eh, jangan dulu kita belum tau itu cewek beneran atau jejadian.” kata Edi.
“Mana mungkin cewek sekece itu hantu.” kata Kopral, “ya udah kalau kalian pada nggak mau biar gue sendirian.’
“Pral gue ikut.” kata Budi, sambil berlari mengejar Kopral yang udah jalan duluan.
“Ada apa mbak ?” tanya Kopral begitu sampe didepan cewek yang ternyata memang kece.
“Eh, mas-mas kok pada lari sih waktu gue panggil.”
“Eh nggak apa-apa mbak, tadi kita pas kebetulan aja lagi lomba lari. Tul nggak Bud.” Kata Kopral sambil melihat kearah Budi.
“Bener banget.”
“Yang bener.” tanya cewek itu masih nggak percaya.
“Bener.”
“Bukannya mengira kalau saya ini hantu.”
“Nggak..nggak. “ jawab Kopral cepet.
“Lagian masa sih cewek sekece mbak ini hantu.” kata Budi.
“Tapi kok temen-temen mas nggak pada mendekat sih.”
Kopral dan Budi melihat kearah temen-temennya yang berjarak sekitar lima belas meter dari mereka. “Mungkin mereka minder dengan saya, gara-gara muka saya ganteng. Mereka memang selalu begitu kalau mendekati cewek cantik, nggak ada nyali.” Jawab Kopral.
“Yang bener, emang mas ngganteng ?” tanya cewek itu.
Kopral diem. “Katanya sih iya,”
“Kata siapa ?”
“Ibu gue.”
“Mas gue mau minta tolong boleh nggak.” tanya cewek itu.
“Minta tolong apaan ?” kata Budi cepet.
“Eh tapi ngomong-ngomong nama mbak siapa ?” tanya Kopral.
“Oh iya udah ngomong dari tadi lupa belum kenalan, nama gue Ani.” kata tu cewek sambil mengulurkan tangannya.
“Oh iya gue Kopral.
“Gue Budi.” Kata Budi.
Ketiganya pun pada salaman, “Kok tangannya dingin banget ya. “ kata Kopral setelah mereka salaman.
“Oh, itu karena gue sekarang lagi rada nggak enak badan.”
“Oh iya tadi mau minta tolong apa ?” tanya Kopral.
“Mas Budi sama mas Kopral bisa nganter gue nggak ? soalnya Ani dari rumah paman dan kemaleman, sekarang Ani takut kalau pulang sendirian.”
Pucuk di cinta ulam pun tiba, batin Budi.
“Memang rumahnya di mana ?” tanya Budi.
“Jalan Kamboja V.”
Kopral kaget, “Itu kan gang yang nantinya tembus ke pemakaman umum.” kata Kopral.
“Karena itu Ani takut banget. Apa mas takut ?” tanya Ani sambil menggandeng tangan Kopral dan Budi, “Tolong ya..”
Digandeng begi rupa Kopral dan Budi jadi blingsatan, “I..iya deh.” kata Kopral.
“Mas Budi gimana, mau nganter Ani kan.”
“Jelas.” jawab Budi cepet.
Melihat Kopral dan Budi bersedia mengantar pulang, Ani keliatan seneng banget. Lalu mereka berjalan bareng, Ani berjalan ditengah, sementara Kopral dan Budi di kiri kanannya.
“Eh, gue duluan ya.” kata Kopral ketika melewati temen-temennya.
“Mau kemana lo Pral ?” tanya Pepsi.
“Nganter Ani, eh kalian nggak usah ikut deh pulang aja duluan biar nanti gue pulang bareng Budi.” jawab Kopral tanpa noleh.
“Lo nganter kemana ?”
“Ke jalan Kamboja V.” jawab Budi tanpa noleh.
“Wah beruntung banget tuh anak, nemu cewek malem-malem gini asik banget.” Kata nDog. “Tau gitu gue yang nyamperin tadi.”
“Tapi gue masih curiga sama tuh cewek.” Kata Pepsi.
“Emang kenapa ?” tanya Topan.
“Gue juga nggak yakin kalo Kopral dan Budi bisa dapet cewek sekece itu.” kata Edi.
“Ah lo ngiri Pep.”
“Bukan gitu, masa sih lo nggak liat perbedaan yang begitu mencolok, muka mereka kan bagaikan langit dan bumi, mungkin tuh cewek rabun jauh ‘kali.”
“Kalau dipikir-pikir emang iya sih.”
“Gimana kalau kita ikutin.” ajak Pepsi. Semua langsung memandang Pepsi.
“Maksud gue bukannya apa, lo kan tau jelek-jelek gitu Kopral sama Budi kan temen kita, entar kalao ada apa-apa gimana ? siapa yang bisa kita ledek lagi.”
“Bener juga lo.” kata nDog.
Lalu keduanya berjalam kearah perginya Kopral dan Budi. Rembulan dengan malu-malu nampang disamping awan yang bergantungan dilangit, bintang-bintang berkelap-kerlip bagaikan kunang-kunang.
Keenam cowok itu berjalan mengikuti dari jarak sekitar dua puluh meter dibelakang Kopral dan Budi yang lagi asik ngobrol dengan Ani. Sementara jam menunjukkan jam dua belas lewat.
“Eh gimana kalau kita lebih mendekat lagi.”
“Ayo.”
Lalu mereka berjalan biar lebih mendekat, tapi tiba-tiba nDog menghentikan langkahnya.
“Kenapa lo nDog ?” tanya Pepsi.
“Lo..lo..lo pada inget nggak berita seminggu yang lalu.”
“Berita apaan ?”
“Seminggu yang lalu kan ada kabar, kalau di jalan Kamboja V ada seorang ibu muda yang meninggal pada saat melahirkan.”
Semua langsung berhenti.
“Maksud lo ?”
“Kalo nggak salah nama ibu muda yang mati ini….Ani.” kata nDog.
“Ani..” jawab mereka serempak.
“Jangan-jangan..” kata Pepsi. Lalu semua memandang kearah Kopral dan Budi yang masih bercanda denga Ani.
Tapi begitu mereka melihat dibawah samarnya lampu jalanan dan sinar rembulan, nyali mereka langsung menciut.
“Pep, ka..ka.. kakinya nggak nyentuh tanah.” kata Edi tergagap.
“Dan pu..pu..pu…punggungnya bo..bolong.” kata nDog.
“Gu..gue juga liat.” kata Pepsi.
“Kalo gitu dia se..setan dong.”
“Pastinya.” jawab Pepsi. “Pokoknya dalam hitungan ketiga kita lari setuju.”
“Banget.” jawab mereka bareng.
“TIGA.” teriak merek bareng, lalu buru-buru kabur.
Kopral dan Budi yang mendengar teriakan mereka langsung noleh kebelakang, dilihatnya temen-temennya pada lari banter banget, bahkan nDog aja sampe nambrak tong sampah dua kali.
“Dasar tukang ngintip.” maki Kopral.
“Mungkin mereka takut melihat saya mas.” kata Ani.
“Bukan, mereka aja yang penakut.” kata Kopral dan Edi sambil membalikkan badan. Tapi alangkah terkejutnya ketika dia melihat kearah Ani yang ternyata sudah berubah menjadi setan sundel bolong, dan dari mukanya yang sudah mulai membusuk keluarlah beberapa belatung.
“SET..SET…SETAN.” teriak Kopral dan Budi bareng, lalu buru-buru melepaskan tangan Ani. Lalu keduanya berlari menyusul temen-temennya. Dan tanpa sadar, dari celana keduanya meneteslah air…ternyata mereka ngompol saking takutnya.
“PEP…TUNGGU GUEE..” teriak Budi.
“GUE JUGA.” tambah Kopral.
“Mas Kopral tunggu, katanya mau nganter Ani..hiii….hiii.” panggil Ani yang sekarang sudah jadi setan sundel bolong.
Tapi meskipun dipanggil berulang kali Kopral dan Budi nggak peduli, malahan mereka tambah ngencengin larinya.

If you like this post, please share it!
Digg it StumbleUpon del.icio.us Google Yahoo! reddit

No Response to "Set...Setan!!!"

Posting Komentar