Terus Terang Maling Nyerang Terus

0 komentar
Terus Terang,
Maling Nyerang Terus


Yang namanya manusia memang jadi apa aja pantes. Yang cakep, keren macho pakai dasi banyak yang jadi maling, koruptor. Tapi ada juga yang mukanya jelek banget bin syerem, dan saking seremnya setan aja sampai mider kalo ketemu, bajunya kumel tapi atinya baik banget..itulah manusia.
Eh udah pada denger belum.. akhir-akhir di kompleks perumahan Pepsi sering banget di kecengin maling. Setelah dihimpun cerita dari beberapa narasumber yang dipaksa nggue pernah kemalingan yang mana ceritanya sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (ribet bener bahasanya) bahwa maling yang biasanya nyatronin di kompleks perumahan itu biasanya adalah seorang gadis cantik, yang full bahenol, geboy dan yang jelas bisa nambah napsu makan.
Ediot dan Kopral yang memang pecinta keindahan terutama kaum hawa, jelas-jelas ngerasa nggak terima, nggak percaya dan nggak mau menanggapi berita itu sewaktu diwawancarai oleh wartawan tabloid Aneka Satwa kemarin.
“Terus terang gue no comment, masa cewek cakep dijadiin maling, kenapa nggak yang jelek aja. Yang jelek kan banyak di pasar loak.” Kata Kopral sewaktu ditanya wartawan dan pernyataan ini langsung diperkuat oleh Edi.
“Bener, kenapa cewek cakep yang jadi maling. Kenapa bukan yang jelek, ini pasti yang ngarang lagi sentimen dan ngerasa nggak lgue-lgue makanya cewek cakep yang dijadiin maling.” Kata Edi berapi-api.
Tapi lain ladang emang lain tanamannya, lain Kopral dan Edi lain juga Pepsi danTopan yang baru saja kemalingan kemarin.
“Gue yakin banget, cewek cakep yang kemarin maen kerumah gue itu malingnya.” Kata Topan.
“Nggak percaya.” Kata Edi.
“Gue lebih nggak percaya, soalnya nggak mungkin seorang Topan kedatangan tamu cakep, iya nggak Ed.” Kata Kopral sambil melihat kearah Edi.
“Benul banget, cocolnya cewek cakep itu pantesnya jadi perampok atawa garong bukan jadi maling.”
“Itu sama aja bego.” Kata Kopral sambil mendorong kepala Edi.
“Eh maksud gue, jadi peragawan.”
“Bukan peragawan, tapi peragawati.” Kata Kopral membenarkan omongan Edi.
“emang gue ngomong apa ?” kata Edi sambil melihat Kopral dengan tatapan tak berdosa.
“Peragawan.”
“Salah…. Yang bener perawan.”
“Waaa…. Dasar ediot.” Kata Kopral sambil nepuk jidat.
Sementara Pepsi dan Topan cuman geleng-geleng kepala “Anak aneh..”
“Pokoknya percaya atau nggak percaya gue nggak peduli, yang jelas yang kemarin jadi maling dirumah gue itu cewek cakep..titik.” kata Topan sambil beranjak pergi.
“Mau kemana lo Pan ?” tanya Pepsi.
“Pulang..”

Sorenya Kopral lagi asik tiduran tengkurep di atas kursi diruang tamu, kedua telinganya disumpel sama sepeaker aktif yang dihubungkan pada sebuah walkman. Kepalanya digeleng-gelengkan kekiri dan kenanan mengikuti irama yang keluar dari speaker aktif yang ditempel ditelinganya. Sementara tatapan matanya nggak berkedip menatap sebuah majalah remaja terbitan dua tahun dua bulan dan dua hari yang lampau.
Tok..tok..tok
Terdengar suara pintu diketuk oleh tangan yang lentik. Ini kedengaran dari suaranya yang merdu mendayu, berbeda kalau pintu diketul oleh orang yang jelek pasti bunyinya plak..plak.. gabrug, soalnya pintunya diketok pake palu godam (he…he.. maksa banget)
Kopral yang telinganya disumpel pake speaker aktif ukuran dua belas inchi jelas nggak merespon sama sekali.
Tok..tok..tok
Si pengetuk pintu yang ternyata cewek cantik itu kembali mengetuk pintu. Pintu yang memang nggak dikunci itu tiba-tiba bergerak membuka sedikit. Tampaklah dalam pandangan si cewek kece seonggok makhluk yang lagi asik tiduran di sofa, sambil ngebuka-buka majalah. Sementara itu kepalanya digeleng-gelengin kekiri dan kekanan, kadang kadang ke depan dan kebelakang bahkan sesekali dilepasin.
Dengan cuek dan nggak tahu malu cewek itu nyelonong masuk dan mendekati Kopral yang masih belum tahu kedatangannya.
“Haloo..” sapa tu cewek.
Merasa ada suara yang memangil, Kopral menengok ke samping, dilihatnya dua buah betis nan seksi. Kopral dengan cueknya memandangi betis itu dengan nggak berkedip (kalau berkedip tguet betisnya ngilang), dan perlahan kepalanya mulai mendongak keatas. Dan begitu dia melihat pemilik betis itu yang ternyata cewek cantik dia langsung sumringah.
“Eh haloo, lo siapa ya ? dari mana ? mau kemana ? nyari siapa ? buat apa susah buat apa susah lebih baik kita bergembira..” kata Kopral kaget dan langsung reflek menyanyikan lagunya Junior yang lagi diputer di walkmannya.
Cewek itu tersenyum melihat tingkah Kopral, dan tampaklah sederet giginya yang bagaikan pisang goreng tertata rapi dimulutnya. Kopral terpana.
“Hei..kok bengong.”
”Eh iya kok gue bengong sih.” Kata Kopral sambil garuk-garuk kepala. “Eh mbak ini siapa, dari mana, mau kemana dan mau ketemu siapa ?”
“Oh iya, kenalin nama saya Sintia.” Kata cewek itu sambil mengulurkan tangannya dan matanya berkedip-kedip nakal persis banget kaya mata barongsai.
Kopral yang pada dasarnya memang jarang banget dikedipin sama cewek, mau nggak mau ikutan juga mengedip-kedipkan matanya, walhasil tampangnya mirip banget kaya ikan koi. Jantungnya berdetak kencang sampai-sampai bajunya aja gerak-gerak.
”Oh iya nama gue Kopral “ Kopral menyebutkan namanya. “Ngomong-ngomong ada perlu apa ya ?”
“Begini lho mas Kopral, saya kesini itu bermaksud untuk menawarkan barang saya..eh, maksud saya barang dagangan saya. “ kata Sintia sambil mengeluarkan barang-barang dagangannya dari tas besar yang dari tadi digendongnya. Ada bedak, lipstik, pembersih muka sampai pembersih mobil (mungkin dia pikir muka Kopral mirip sama bemper mobil)
“Terus”
“Ya mungkin mas Kopral ada minat gitu ?”
“Terus”
“Kok terus-terus dari tadi, mau beli nggak ?” kata Sintia mulai enek karena Kopral dari tadi Cuma asik memandangi wajahnya tanpa berkedip, bahkan ilernya sampe netes.
“Oh iya sebentar gue mikir dulu.”
“Tapi sambil nunggu mas Kopral selesai mikir, boleh dong kalo saya minta air minumnya segelas, soalnya aus banget.” Kata Sintia tanpa basa-basi.
“Oh boleh mau minum apa ? the, kopi, susu, apa air keras.”
“Air keras ? apaan tuh.” Tanya Sintia bingung.
“Asam sulfat.”
“Kalo gitu mati dong, kalo diminum.”
“Emang..” jawab Kopral cuek sambil ngeloyor pergi ke dapur.
Sementara Sintia Cuma bengong.
***
selang beberapa lama kemudian kopral sudah menongolkan diri lagi diruang tamu sambil tangannya memegang segelas sirup rasa sambel goreng ati.
Tapi, ya amplop ternyata makhluk manis bernama Sintia itu sudah nggak keluhatan lagi batang idungnya. Kopral pun kebingungan, lalu mencoba mencari di kolong meja tapi tetep aja makhluk manis itu nggak ditemukan (ya jelas)
“Eh Pral, lagi ngapain lo ?” taya Edi yang tiba-tiba datang dan keheranan melihat Kopral yang lagi sibuk nungging di samping sofa.
“Nyari Sintia “
“Eh, Sintia itu nama tikus ?” tanya Edi.
“Enak aja tikus, Sintia itu nama cewek tau.”
“Cewek” Edi yang dasarnya sudah ediot tambah bingung. “Kenapa lo nyarinya dibawah meja ? jangan-jangan lo main gila ya ?”
“Gila-gila, elo tuh yang gila.” Kata Kopral sambil mengangkat kepalanya. “Eh, kertas apaan yang lo pegang.”
“Tauk, gue baru megang, dari tadi ada diatas meja.”
“Jangan-jangan dari Sintia.” Kata Kopral lalu buru-buru merebut kertas yang dipegang Edi.
“Mas Kopral sebelumnya Sintia mengucapkan terima kasih atas walkman plus speaker aktifnya, jam beker dan beberapa barang-barang lainnya yang nggak bisa Sintia sebutin satu persatu. Semoga mas Kopral ikhlas, dan mas Kopral diterima di sisi-Nya, Amiin..”
Tertanda Sintia

Kopral terduduk lemas disofa begitu selesai membaca surat itu, pandangannya memandang sekeliling. Ternyata walkman, jam beker kesayangan ibunya dan beberapa perabotan sudah nggak ada lagi ditempatnya.
“Eh, Pral kenapa lo ?” tanya Edi yang masih belum ngeh melihat tingkah Kopral dari tadi.
“Ed, ternyata cewek itu bener-bener maling.”
“Hah..maling, ceweknya cakep nggak ?” tanya Edi antusias.
Kopral mengangguk pelan.
“Gue nggak percaya kalo cewek yang jadi maling itu cakep, lo salah liat kali.”
Kopral melotot “Apa jadi lo nggak percaya, lo anggap mata gue sudah rabun gitu “ maki Kopral sewot dan buru-buru beranjak mengambil sapu yang dari tadi tergeletak disamping lemari.
“Eh Pral gue percaya, gue sekarang percaya.” Kata Edi ketguetan karena Kopral sudah siap memukul jidatnya pakai sapu.
“Nah gitu kenapa sih, kan ceritanya cepat abis.’ Kata Kopral sambil kembali terduduk lemas di sofa memikirkan barang-barangnya yang raib.
Sementara Edi Cuma bisa bengong melihat sohibnya.
If you like this post, please share it!
Digg it StumbleUpon del.icio.us Google Yahoo! reddit

No Response to "Terus Terang Maling Nyerang Terus"

Posting Komentar